Desain Interior Berkelanjutan: Pengertian, Prinsip dan Material

Di tengah meningkatnya kesadaran akan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan, desain interior berkelanjutan hadir sebagai solusi kreatif yang menjawab tantangan gaya hidup modern tanpa mengorbankan masa depan bumi. Konsep ini tidak hanya sekadar tentang estetika, tetapi juga mengedepankan keseimbangan antara fungsi, keindahan, dan tanggung jawab ekologis.

Dengan memadukan prinsip ramah lingkungan, desain interior berkelanjutan menjadi pendekatan transformatif dalam menciptakan ruang hidup yang sehat bagi penghuni dan juga alam. Artikel ini akan membahas tentang pengertian, prinsip-prinsip utama, serta material unggulan yang menjadi pilar praktik desain berkelanjutan.

Pengertian Desain Interior Berkelanjutan

Desain interior berkelanjutan merupakan pendekatan holistik dalam menciptakan ruang hidup yang memperhatikan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi secara seimbang. Konsep ini berfokus pada pengurangan jejak ekologis melalui penggunaan material yang ramah lingkungan, optimasi sumber daya, serta penerapan prinsip daur ulang dan efisiensi energi.

Tidak hanya sekadar memilih furnitur atau dekorasi bernuansa hijau, desain interior berkelanjutan juga menekankan pentingnya menciptakan ruang yang sehat bagi penghuni, dengan meminimalkan paparan zat kimia berbahaya dan meningkatkan kualitas udara dalam ruang. 

Baca juga: Pahami Prinsip Dasar Desain Interior Untuk Wujudkan Hunian Impian

Prinsip Inti Desain Interior Berkelanjutan

Prinsip desain interior berkelanjutan merupakan seperangkat panduan yang mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam setiap tahap perencanaan ruang, mulai dari konsep hingga eksekusi. Berikut prinsip inti yang terkandung dalam desain interior berkelanjutan yang harus kamu pahami. 

Efisiensi Energi dan Pencahayaan Alami

Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi tak terbarukan sekaligus menciptakan ruang yang nyaman dan hemat daya. Efisiensi energi dapat tercapai melalui pemilihan peralatan elektronik berlabel energy-efficient, seperti lampu LED atau sistem HVAC berteknologi rendah emisi, yang mampu memangkas konsumsi listrik hingga 30-50%. 

Desainer memaksimalkan pencahayaan alami dengan menerapkan strategi desain pasif, seperti penempatan jendela lebar, penggunaan skylight (atap kaca), atau pemantulan cahaya melalui material reflektif sehingga mengurangi kebutuhan lampu buatan pada siang hari.

Material Ramah Lingkungan

Penggunaan material ramah lingkungan adalah prinsip paling utama dalam desain interior berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem melalui pemilihan bahan yang bertanggung jawab secara ekologis. Material ini mencakup bahan daur ulang, sumber terbarukan, atau produk dengan proses produksi rendah emisi karbon.

Prinsip ini tidak hanya berfokus pada asal-usul material, namun juga mempertimbangkan siklus hidupnya mulai dari ekstraksi, produksi, hingga pembuangan agar nantinya  tidak mencemari lingkungan atau menjadi limbah yang sulit terurai.

Pengurangan Sampah 

Prinsip pengurangan sampah dalam desain interior berkelanjutan berfokus untuk meminimalkan produksi limbah, baik selama proses konstruksi, penggunaan, hingga akhir siklus hidup suatu ruang atau produk. Pendekatan ini bermula dengan pemilihan material yang tahan lama, dapat didaur ulang, atau tercipta dari limbah pasca-konsumsi.

Selain itu, prinsip ini mendorong penerapan modular design (desain modular), di mana elemen interior seperti furnitur atau partisi dirancang agar mudah dibongkar, diperbaiki, atau di upgrade, pada saat renovasi sehingga menghindari pembuangan massal ketika terjadi kerusakan atau perubahan kebutuhan. 

Kesehatan dan Kesejahteraan 

Prinsip ini menekankan penciptaan ruang yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga mendukung kesehatan fisik, mental, dan emosional penghuninya. Pendekatan ini bisa tercipta dengan memastikan kualitas udara dalam ruang tetap optimal. Misalnya melalui penggunaan material non-toksik seperti cat rendah VOC, lem bebas formaldehida.

Ventilasi alami dan integrasi tanaman pemurni udara, seperti lidah mertua atau peace lily, juga menjadi solusi untuk mengurangi polutan dan meningkatkan pasokan oksigen.

Baca Juga: 5 Tren Desain Interior Rumah di Tahun 2025

Material Desain Interior Berkelanjutan

desain interior berkelanjutan

Material menjadi faktor utama yang harus kamu perhatikan dalam desain interior berkelanjutan. Pemilihan material tidak hanya menentukan estetika ruang, tetapi juga dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan kesehatan penghuni. Berikut beberapa material yang bisa kamu gunakan dalam desain interior berkelanjutan.

Bambu

Material dari bambu adalah salah satu material yang tepat untuk kamu gunakan dalam desain interior berkelanjutan. Dengan sifatnya yang cepat tumbuh, terbarukan, dan serbaguna, bambu memiliki jejak ekologis yang jauh lebih rendah daripada kayu keras tradisional yang membutuhkan puluhan tahun untuk matang.

Material ini juga terkenal karena kekuatan dan elastisitasnya, membuatnya ideal untuk aplikasi seperti lantai, furnitur, panel dinding, atau elemen dekoratif. Keberlanjutannya semakin ditingkatkan dengan proses produksi yang minim bahan kimia, serta kemampuan menyerap karbon lebih tinggi daripada kebanyakan pohon. 

Linen

Material yang berasal dari serat tanaman rami ini menjadi pilihan material berkelanjutan yang semakin populer dalam desain interior. Tanaman rami tumbuh subur di iklim sedang dengan kebutuhan air yang jauh lebih sedikit daripada kapas. Petani umumnya membudidayakannya tanpa penggunaan pestisida berlebihan sehingga lebih ramah lingkungan.

Serat linen diproses secara alami melalui retting (perendaman) dan mekanis, menghasilkan material yang biodegradable dan tidak meninggalkan limbah beracun. Dalam aplikasi interior, linen sering berguna sebagai kain pelapis, tirai, sprei, atau aksesori dekoratif yang memberikan kesan alami, dan minimalis.

Logam Daur Ulang

Dengan kemampuannya mengurangi eksploitasi sumber daya alam dan menekan limbah industri. Material ini tercipta dari sisa produksi atau produk bekas, seperti kalium aluminium bekas. Pekerja mendaur ulang komponen elektronik atau struktur baja dari bangunan yang dibongkar, lalu melelehkannya dan membentuknya kembali menjadi elemen interior baru.

Proses daur ulang logam seperti aluminium, baja, atau tembaga membutuhkan energi hingga 95% lebih sedikit daripada produksi logam virgin. Hal ini sekaligus mengurangi emisi karbon dan dampak pertambangan yang merusak ekosistem. 

Batu

Sebagai material alami yang terbentuk selama jutaan tahun, batu seperti granit, marmer, batu kapur, atau slate dapat digunakan langsung setelah penambangan dan pemotongan. Batu juga tidak melepaskan zat volatil organik (VOC) atau polutan udara dalam ruang, jadi aman bagi kesehatan penghuni.

Keberlanjutannya terletak pada kemampuan batu untuk bertahan puluhan tahun tanpa degradasi kualitas, sehingga mengurangi limbah dari penggantian material berkala. Selain itu, batu juga memiliki sifat termal alami yang membantu menstabilkan suhu ruangan. Kemudian juga mengurangi ketergantungan pada pemakaian pemanas atau pendingin buatan.

Cat Ramah Lingkungan

Penggunaan cat ramah lingkungan menjadi pilihan utama dalam desain interior berkelanjutan. Hal ini karena kemampuannya mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan penghuni dan lingkungan. Berbeda dengan cat konvensional yang mengandung  VOC atau zat kimia yang mudah menguap. Hal ini dapat menjadi penyebab polusi udara dalam ruang dan gangguan pernapasan.

Cat ramah lingkungan menggunakan bahan berbasis air, pigmen alami, atau resin tumbuhan yang minim emisi beracun. Produsen menghasilkan material ini melalui proses rendah karbon, sering kali dengan memanfaatkan sumber terbarukan seperti limau, tanah liat, atau kapur, dan sebagainya.

 

 

Scroll to Top